Desa Bedono Tenggelam, Petani Ini Terus Menanam Mangrove untuk Bertahan

3 minutes reading
Monday, 7 Jul 2025 10:07 0 1 Admin

Demak, 7 Juli 2025 – Di tengah hantaman abrasi yang kian mengikis daratan dan tumpukan sampah plastik yang mencemari pesisir, seorang petani mangrove dari Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, menjadi simbol harapan bagi lingkungan sekitar. Namanya Ihwanudin. Ia telah bertahun-tahun mendedikasikan hidupnya untuk menanam dan merawat mangrove di pesisir yang terus terancam tenggelam.

Desa Bedono merupakan salah satu wilayah yang paling terdampak abrasi di pesisir utara Jawa. Sejak 1985, garis pantainya terus mundur akibat kombinasi faktor seperti penurunan muka tanah (subsidence), konversi hutan mangrove menjadi tambak, dan dampak reklamasi wilayah pesisir Semarang.

Dalam dua dekade terakhir, lebih dari 200 bangunan di desa ini lenyap diterjang laut. Jalanan yang dulu menghubungkan kampung-kampung kini berubah menjadi hamparan air asin. Kondisi ini diperparah oleh banyaknya sampah plastik yang menumpuk di sekitar akar mangrove, mengganggu pertumbuhan tanaman sekaligus menghambat proses penyerapan karbon alami.

Namun, di tengah situasi tersebut, Ihwanudin tetap bertahan. Ia memilih tidak mengungsi seperti banyak warga lainnya. Sejak tahun 2017, Ia aktif menanam bibit mangrove di area pesisir yang terendam. Dalam diam, Ihwanudin dan kelompok tani lokal mencoba mengembalikan fungsi ekologis mangrove sebagai pelindung garis pantai, rumah bagi biota laut, serta penjaga keseimbangan iklim.

Meski hidup dalam keterbatasan, semangatnya tak luntur. Setiap hari, Ia menyusuri perairan dangkal sambil membawa bibit, mencabut sampah plastik, dan menancapkan harapan satu per satu ke dalam lumpur.

Upaya ini tak Ia lakukan sendiri. Berkat kolaborasi dengan platform LindungiHutan, Ihwanudin kini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk perusahaan, komunitas, dan individu yang peduli lingkungan.

Hingga Juli 2025, sudah lebih dari 200+ kampanye alam dilaksanakan di Bedono, menghasilkan penanaman lebih dari 98.000 bibit mangrove yang mencakup area sekitar 4 hektar. Jenis mangrove yang ditanam sebagian besar adalah Rhizophora, yang dikenal tangguh dalam mempercepat sedimentasi, menstabilkan tanah, dan menyaring polusi organik maupun kimia.

Beberapa mitra yang telah turut mendukung, antara lain PT Sinar Lediane Indonesia, La’dor, dan DBS Indonesia, dengan ribuan bibit ditanam di masing-masing inisiatif. Kolaborasi ini juga mendorong edukasi masyarakat lokal untuk terlibat aktif, mulai dari pengumpulan sampah, pembibitan, hingga penanaman langsung.

Meskipun begitu, tantangan masih besar. Plastik yang terbawa arus laut kerap menyangkut di akar-akar mangrove muda, menurunkan daya hidup tanaman dan memperlambat pemulihan ekosistem. Di sinilah perjuangan seperti yang dilakukan Ihwanudin menjadi sangat berarti.

“Kami butuh dukungan, baik tenaga, dana, atau donasi bibit. Ini bukan hanya untuk Bedono, tapi untuk semua pesisir Indonesia,” ujarnya singkat, tetapi penuh makna.

Melalui kisah Ihwanudin, kita diingatkan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil dan ketekunan. LindungiHutan mengajak masyarakat luas untuk ikut ambil bagian dalam menjaga mangrove di Desa Bedono dan daerah rawan abrasi lainnya. Tanpa dukungan kolektif, kerusakan lingkungan akan terus menggerus masa depan desa-desa pesisir.

Artikel ini juga tayang di vritimes

LAINNYA